Kyai Ahmad Izzuddin, Mudir Pusat Ma’had al-Jami’ah, dalam
sambutannya menggugah hati setiap hadirin dengan pesan yang penuh semangat. Beliau
menyampaikan bahwa malam ini bukan hanya sekadar perayaan Maulid Nabi, tetapi
juga menjadi awal dari tradisi baru—belajar langgam bacaan Qur'an, Qiroah,
hingga kitab Qawaid Fikhiyah dan Jalaul Afham.
“Malam senin kalian nggak ngapa-ngapain, kan? Kecuali kalau (prodinya Teknik) Arsi (-tektur), baru Saya percaya.”
Kyai Izzuddin yang memang terkenal gemar menyisipkan humor
itu pun disambut gemuruh tawa dari para hadirin. Ia kemudian menutup
sambutannya dengan penuh kesan, “Sebelum kita menyantap makanan yang bergizi,
mari kita santap dulu mauidhoh hasanah dari Kyai Ghufron Hambali.”
Kemeriahan acara semakin terasa ketika panitia menggelar
makan bersama, dengan puluhan tumpeng yang telah disiapkan sebagai lambang
kebersamaan. Momen makan bersama ini sering dikaitkan dengan berkah Maulid
Nabi, sebuah tradisi yang tidak hanya menyatukan fisik melalui hidangan, tetapi
juga mempererat ukhuwah dan membawa keberkahan. Seperti dalam setiap Maulid, di
mana berkumpulnya umat diiringi doa dan dzikir, begitu pula makanan yang disantap
bersama menjadi simbol syukur atas kelahiran Nabi, memperkuat rasa persaudaraan
dan cinta kasih sesama umat.
Acara Maulid Nabi ini sendiri mengusung tema yang sarat
makna, “Hidupkan Sunnah, Eratkan Ukhuwah, Membangun Generasi yang Berakhlakul
Karimah,” menggarisbawahi pentingnya menjaga ajaran Nabi Saw sekaligus
memperkokoh persaudaraan dalam rangka mencetak generasi yang berakhlak mulia.
0 comments:
Post a Comment