Sunday 8 November 2020

Sukses Gelar "NGOPI" Jilid 1 dan 2, Pusat Ma’had Al-Jami’ah Gelar "NGOPI" Jilid 3 Bertajuk "Urgensi Relasi Syari'at dan Hakikat dalam Perspektif Tasawwuf"

 


Malang, El-Ma’rifah - Lantunan Sholawat terdengar merdu di gedung Sport Center Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim pada sabtu (7/11) malam, tepatnya pukul 19.30 WIB. Sholawat yang dilantunkan oleh grup "Syubbanul Musyrifin" tersebut merupakan rangkaian pra acara "NGOPI" Jilid 3: Urgensi Relasi Syari'at dan Hakikat dalam Perspektif Tasawwuf yang diadakan oleh Pusat Ma’had Al-Jami’ah UIN Malang.

 

Acara yang dihadiri oleh musyrif/ah, santri tahfidz, santri ma'had aly, jajaran murabbi, staf dan pengasuh Pusat Ma’had Al-Jami’ah tersebut berlangsung santai tetapi penuh makna. K.H. M.Nizam As-Shofa, pengasuh Pondok Pesantren Ahlus Shofa Wal Wafa Sidoarjo merupakan pemateri dalam acara tersebut. Acara tersebut dimulai dengan pembacaan tawassul dan nadzom yang dipandu langsung oleh Gus Nizam, sapaan akrab beliau, kemudian dilanjutkan dengan sambutan dari Drs. K.H. Chamzawi, M.Ag, salah satu pengasuh Pusat Ma'had Al-Jami'ah UIN Malang.

 

Dalam sambutannya, Kyai Chamzawi, panggilan beliau, menyampaikan bahwa sesuatu yang diistiqomahkan akan menjadi karomah. Beliau juga berdoa agar semua yang hadir dalam acara tersebut senantiasa diberi hidayah oleh Allah SWT. "Semoga kita diberi hidayah oleh Allah SWT bukan hanya sekedar tau, tetapi juga dapat mengamalkan" kata beliau.

 

Selanjutnya dimulailah kajian oleh Gus Nizam. Gus Nizam dalam kajiannya menjelaskan bahwa tasawwuf merupakan wilayah bathin yang mencangkup adab dan tata krama, sedangkan fiqih merupakan wilayah dzahir yang mencangkup tata cara ibadah, muamalah, kehidupan sosial, dan aspek-aspek lainnya yang berkaitan dengan dzahiriyah manusia. Gus Nizam juga menjelaskan bahwa siapa saja yang belum mengetahui seluk beluk nafsunya, maka ia belum mengetahui tuhannya, begitu pula sebaliknya. Hal tersebut beliau sampaikan berdasarkan hadits Rasulullah SAW: "Man arofa nafsahu faqod arofa robbahu"

 

Beliau (Gus Nizam) juga memaparkan tentang macam-macam nafsu beserta penyakitnya. Salah satu penyakit nafsu adalah syariat bloko. Syariat bloko dalam penjelasan beliau seperti seseorang yang syahadat dan segala ibadah yang dijalankannya hanya di luar saja, tidak dimaknai secara mendalam.

 

Gus Nizam juga menjelaskan tentang pentingnya kita sebagai manusia untuk memerangi nafsu yang buruk, dan untuk itulah perlunya relasi antara hakikat dengan syari'at. Beliau memberikan permisalan bahwa hakikat dan syari'at itu seperti sepasang sandal atau sepatu. "Syari'at dan hakikat itu seperti sandal atau sepatu, hilang 1, tiada gunanya, walaupun sandal itu terbuat dari kristal atau emas" paparnya. Beliau juga memberi permisalan lain terkait hubungan antara hakikat dan syariat, yaitu bagaikan gula dengan rasa manisnya.

 

Lebih lanjut Gus Nizam menjelaskan tentang "pengabdian murni" yang merupakan implementasi dari rasa syukur seseorang terhadap sang Khaliq. Hal tersebut merupakan kewajiban seorang hamba Allah yang termaktub dalam Al-Qur'an: wamaa kholaqtul jinna wal insa illaa liya'buduuni (tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia kecuali hanya untuk menyembahKu).

 

Acara kemudian dilanjutkan dengan sesi tanya-jawab. Para audiens nampak antusias memberikan pertanyaan kepada Gus Nizam dan beliau pun menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut dengan lancar. Gus Nizam dalam salah satu jawabannya memaparkan bahwa tasawwuf itu seperti bahrun laa saahila lahu (laut yang tiada ujungnya). "Tasawwuf itu sulit bagi yang memahaminya dengan akal nafsu, tapi mudah bagi yang lahu an-nuur (diberi cahaya)" tambahnya.

 

Acara yang berakhir pada pukul 22.30 tersebut ditutup dengan pembacaan qasidah kun shofiyyan, alal qur'an, dan yaa saalik yang dilantunkan oleh Gus Nizam bersama dengan para audiens kemudian dilanjut pembacaan doa oleh Kyai Chamzawi. Rasa semangat menuntut ilmu pun masih terlihat pada diri audiens meskipun acara sudah berakhir. Hal tersebut dibuktikan dengan besarnya harapan mereka agar acara tersebut diadakan lagi. "Semoga acara tersebut bisa diistiqomahkan terus. Acara tersebut sangat bagus, karena memberi wadah bagi mahasiswa untuk berdiskusi dan belajar terkait tasawuf" kata Muhammad Khozinul Asror, salah satu peserta kajian.(hk)

0 comments:

Post a Comment