KUMPULAN PUISI
Oleh : Suhartatik 19320095
1
MENELAN MALAM
Pernah kutelan malam yang pandai
menipu
Bodohnya, aku malah memeluk gelapnya
berpikir dia bahagia masa lalu
Lihatlah, beberapa jejak disana
sepertinya sangat tidak setuju
Perlahan mereka pudar diikuti tangis
yang terdengar sangat pilu
Pernah kujahit luka di tepi harapan
Hampir selesai, sebelum tiba-tiba
aku kehabisan benang
Dengan terpaksa kusambungnya dengan
seutas nadi.. memperparah luka
Sambal menahan sakit, kusempatkan
menyumbal tetes itu tumpah dari mata
Saat semua orang sibuk berebut
melihat senja
Kuputuskan tetap sabar memeluk hujan
Menikmati basah dan kuyup
mendatangiku bergantian
Membawa dingin, menyihir hangat tak
lagi menjadi teman
Lebih menyenangkan, kupijaki paku
sepanjang jalan
Kucari ujung namun tak pernah dapat
kutemukan
Menyemangati diri berharap itu tak
akan sampai sabulan
Nasib, mari kuteruskan saja karena
ini jalan tak berkesudahan
Tadi malam, kudapati kepalaku sedang
terikat
Kucoba lepas namun tak berhasil
karena terlalu kuat
Semakin parah, rasanya bertembah
mengekang berkali-kali lipat
Ingin jujur tidak tahan kemudian
sepuasnya mengumpat
Banyak ingin yang kubungkus
bersamaan dengan asa
Sebenarnya aku juga tidak paham
dengan apa yang hendak kukata
Rasanya semu, hampa, dan kerontang
kehausan makna
Terlihat miris pun menuntut pasrah
dan mengundang iba
Bagaimana kusampaikan jika kuderita
bisu?
Bagaimana kusampaikan jika deritanya
tuli pilu?
Bagaimana kuceritakan bayangan tak
aka nada di antara gelap?
Bagaimana kuceritakan sejak tadi
malam ada bayangan tersangkut di atas atap?
2
KAMI SAKIT
Hey penjilat harta..
Bapak memang senang..
Tapi aku,.. mereka,.. kami tumbang..
Bagaimana bisa..
Bagaimana bisa langit cerah anda
nikmati sendiri??
Sedangkan hujan, anda hempaskan pada
kami..
Bagaimana bisa..
Bagaimana bisa negara bapak sebut
demokratis??
Sedangkan bapak tak mau mendengarkan
kami menangis..
Wahai.. penjilat harta..
Beraninya bapak berdiri dengan
gagah..
Melupakan kami yang terduduk menengadah..
Beraninya bapak tertawa keras dan
lepas..
Membiarkan kami hidup terhempas..
Bangsat!!
kamu ini bedebah!!
Apa??
Tidak peduli??
Terhormat sekali bapak berdasi ini!!
Tanpa malu, hak kami juga bapak
jilati..
Dimana??
Dimana bapak lupa menaruh harga
diri??
Cukup!!
Ini sudah keterlaluan!!
Kami lapar…..!!!!
Kami sakit….!!!!
Kami tercekik….!!!!
Tolong…
Perut – perut kecil kami perlu
diisi..
Nyawa kami bukan untuk dihabisi..
3
HARI PERTAMA DI BULAN MARET
Hari pertama di bulan Maret
Kertas yang sedari tadi kutulisipun
sepertinya mengerti
Rasaku tak berkesudahan
Terlalu besar..
Terlalu indah..
Terlalu sempurna..
Hari pertama di bulan Maret
Aku bersyukur untuk hari ini saat 21
tahun yg lalu
Angin malam terasa hangat sejak hari
itu
Sinar rembulan pun seperti tak
pernah hilang
Hari pertama di bulan Maret
Mari bersyukur untuk berjumpa hari
ini sekali lagi
Selamat mengulang tahun dan
bertambah usia,
Untuk pagi, siang, sore dan
malamku..
4
TENTANG RINDU
Ini tentang rindu
Seperti bernyanyi tanpa ritme lagu
Kemudian membeku
Dan tidak cukup di situ
Waktu melapukku
Menjadi semakin rindu
Ini tentang kasih
Angin yg tak bicarapun dilarang
menyakiti
Bakhan pesulap atau penyihir
Yang satu ini rumit, juga sangat
penting
Ini tentang cinta..
Jika tak percaya,
Tanyakan saja pada kertas
Seberapa penting pena dan goresannya
Tak mau kalah.. pelukku mengerat..
Mencumbui senja..
5
KUPIKIR..
Kupikir abu.. Ternyata hitam..
Dan masih terdengar tawa di ujung
sana..
Percuma..
Tangis lebih menarik dibanding
tawa..
Kupikir masih.. Ternyata sudah..
Wajahku kelam ditampar luka..
Hilang percaya berganti resah..
Baik kuterima, ikhlas menelan
hampa..
Kupikir sembuh..Ternyata parah..
Pun terasa semakin masam..
Sedikit gula semoga cukup membuat
cita..
Tertulis kembali, menghiraukan
suram..
Kupikir lurus.. Ternyata liku..
Lengkap sudah tawaku kaku..
Tidak hanya mengerikan, ini juga
lirih nan sendu..
Mari ku duduk saja melepas pilu..
Kupikir nyata.. Ternyata semu..
Kau tau??
Perlahan hati mulai dilapuk waktu..
Tenang saja, tetap kucari walau
sebesar debu..
Masih ku berlari mencari temu..
Kupikir tepat.. Ternyata lambat..
Tak mengapa, titik itu mulai
terlihat..
Sekalipun ini juga sangat menyayat..
Beruntung ada doa yang selalu
kujadikan obat..
Kupikir hilang.. Ternyata datang..
Terimakasih untuk rindu yang
panjang..
Mari selesaikan ini dengan saling
pandang..
Jangan tunda, sebab waktu tak selalu
lengang..
Kupikir hujan.. Ternyata cerah..
Tak mau telat, kucumbu langit
langsung di tempat..
Khawatir ini tak akan lama..
Sebab rasa selalu diikuti rahasia..
6
DINGIN YANG HANGAT
Setiap dingin adalah hangat
Pelukmu kini semakin erat
Sanggup kalahan batu yang sangat
berat
Hangat matahari pun tak cukup
hebat..
Sungguh, bagaimana bisa begini yang
kau perbuat?
Melihat apa yang tak orang lain
lihat
Darimu tempat teduh dan nyaman
selalu kudapat
Ini benar juga mutlak, tidak perlu
diperdebat
Bukan silau yang menyakiti mata
Begitu cukup dan tidak berlebihan
Pun tak pernah dirasa kurang
Ini fakta menarik sekaligus
menyenangkan..
Langit biru pagi hari kalah cerah
Hujan lebat bulan Desember tidak
sederas yang dikira
Lembut sutra pun tak sebegitu
sempurna
Namun pedulimu bahkan melebihi itu
semua..
Bagaimana ku mengutarakan
Kataku ricuh tak bisa menjelaskan
Ucapku bisu tak tak dapat
menyampaikan
Tulisku pudar tak cukup
mengisahkan..
Kuputuskan yang baik adalah diam
Sambari melihatmu menari di ujung
malam
Bergerak kesana kemari menarik
perhatian
Cukup menghibur.. mengurangi gelisah
tadi siang sedikit tenang..
Seperti udara yang selalu kuhirup dengan
penasaran
Seperti debu yang tanpa bosan
beterbangan
Seperti kedip mata yang tak pernah
berhenti sekalipun sebentar
Seperti bintang yang tergantung
dilangit bertebaran..
Seperti itu.. genggamku mengerat
rindu..
Seperti tiu.. doaku tersampaikan
untukmu..
Seperti itu.. piluku terganti
candu..
Seperti itu.. setiap waktu tanpa
putus harap selalu kutunggu..
7
TIDAK BIASA
Tidak seperti biasanya..
Kutemukan siang ini begitu panas
Jangan salah.. Orang-orang nakal itu
tak menghiraukan terik
Mereka malah berhamburan dan berseru
riang menantang sengat matahari
Disana.. jelas beribu-ribu tetesan
peluh terlihat
Hampir saja mereka mandi tanpa perlu
sabun dan air
Baju mereka basah tentu saja
Sesekali berkipas mengurangi penat
Tak ada keluh kecuali semangat..
Sesekali mereka berteriak
menawarkan..
Ramai memang, tapi bukan untuk
mereka
Meski sering tidak dihiraukan,
mereka tetap berkeyakinan
Mantap kembali mengandalkan suara
lantang untuk menarik perhatian..
Sudah tengah hari dan belum banyak
yang berdatangan
Dilihatnya lagi sayur dan lauk
dihadapan
Sayangnya.. hanya sedikit yang sudah
berpindah tangan
Tidak masalah.. mereka tetap teguh
berjuang demi suapan
Kalau tak begitu, bagaimana perut mereka
esok hari diberi asupan..
Layak diberi gelar terhormat untuk
mereka
Memberi mereka tempat sejajar dengan
para pejabat
Bahkan mungkin lebih dari itu
Ini bukan tentang tampilan, ini soal
gigih dan kejujuran..
Seperti tidak pantas kalua disebut
pekerja bawa
Lihat saja, betapa tinggi cita dan
semangat mereka
Sungguh bukan semangat biasa bukan?
Ini perjuangan mencari dan berburu
rupiah..
8
KEMBALI TERINGAT
Saat diam, hal itu kembali teringat
Tiba-tiba.. bukan disengaja..
Tanpa aba-aba.. bukan sebab
dipinta..
Memang cepat dan seperti sekilas,
namun sepertinya cukup membekas..
Oh iya.. aku lupa..
Jarak tidak sengaja melukai senja..
Mari berteduh sebentar memahami rasa
Memeluk kosong, kenyang dengan
nestapa
Harusnya aku tidak berpura-pura..
Sebaiknya aku tidak menimbun kata..
Dan selanjutnya, aku harus
bagaimana?
Menunggu esok, lusa, atau tidak
selamanya..
Pilihku bimbang terkurung hujan
Pikirku sibuk diramai angan
Wajahku rapuh dihantam kenyataan
Suaraku hilang ditelan sunyi malam
Saat diam..
Langit rumah seperti mengajak
berbicara..
Pun dinding berusaha berbisik..
Tak mau kalah, detik jam juga
ransanya hendak memarahi
Mereka berdebat.. bertengkar saling
menunjukkan rasa peduli
Iba melihatku tak berdamai dengan
diri sendiri
Sementara aku hanya menatap sedih
tak mengerti..
Hampir sama dengan debu yang
teronggok mati..
Beriku pagi untuk lupa malam
Beriku terang untuk lupa kelam
Beriku segelas teh untuk lupa kopi
di pelayaran
Beriku pena untuk mulai menulis
sedikit harapan
Ini sangat rumit.. Sama sekali tidak
mudah..
Bayangkan saja semut memikul gajah
Bayangkan saja kerbau menghitung
jumlah ikan
Bayangkan saja aku dengan rasa masam
bertahan sendirian..
9
ANGIN BERKABAR DUKA
Kutemui angin berkabar duka
Pelan mengusik rambut tak jelas
maksudnya
Tapi ini begitu dingin..
Tidak seperti yang kubayangkan
sebelumnya..
Sebentar.. Bukankah ini angin yang
sama saat kupetik bahagia dekat cinta di sebelah sana?
Tidak salah lagi..
Hembusan nya penuh dengan pesan yang
tak sempat disampaikan..
Tapi apa?? Apa yang hendak
dikatakan??
Semakin dekat..
Tiba di bagian nadi paling tepat..
Rasanya hangat.. Sangat hangat..
Ini tidak boleh berlalu terlalu
cepat..
Esok hari.. Angin itu ternyata
kembali..
Membawa kabar yang tidak sama lagi..
Lebih menarik.. Dia mengajakku
menari..
Perlu iringan lagu?
Tentu saja tidak..
Kami ciptakan musik indah itu
sendiri..
Kami larut dengan ilusi sepi..
Tolong.. Sebentar saja..
Buat ini seperti nyata..
Buat ini seperti aku sedang benar
benar bahagia..
Sedikit lagi.. Jangan terburu buru
pergi..
Aku terlambat.. Belum sempat
kusampaikan inginku dia tinggal..
Bukan seperti ini..
Bukan hanya memeluk angin yang
sebenarnya tidak mengerti..
Aku jatuh tepat saat angin itu
pergi..
Ternyata aku belum menerima sepenuh
hati..
Aku belum ikhlas menyadari..
Aku belum bangun dari mimpi..
Selamat tinggal angin bulan Juli..
Tetap tinggal disana tunggu ku
menyusul menjadi angin bulan Juni..
10
DIA YANG DI SANA
Dia sangat suka sekli tertawa
Atau lebih tepatnya terbahak-bahak..
Berlebihan, seperti sedang melihat
komedi paling luc sedunia
Tapi uniknya, tawanya mengundang
gelak tawa yang lain.
Aneh..
Badannya tegap tinggi juga gemulai..
Jarang sekali yang seperti ini
ditemukan
Lebih menarik lagi, kulitnya gelap
tapi mengkilat
Poni bak ombak cocok dengan
senyumnya yang tidak pernah bosan untuk dilihat..
Aku memang tidak tahu, apa makanan
yang dia sukai
Pun bagaimana kebiasaannya
menghabiskan pagi
Atau mungkin dengan sepenuh hati
berhibernasi?
Sungguh lucu sekali memikirkannya
seperti ini..
Sekali, dua kali, tiga kali, kali
ini berkali-kali..
Wah aku baru sadar sikap nya bak
artis
Tebar pesona kesana-kemari..
Meskipun sebenarnya wajahnya hanya
begini
Tolong jangan diumumkan, aku suka perhatikannya
diam-diam
Candu sekali menikmati matanya yang
tajam
Meski sepertinya dia merasa sedang
kuperhatikan
Tak mengapa, akan tetap aku ulangi
setiap hari
Mustahil rasanya dia juga begitu
Maksudku, dia juga detail
memperhatikanku
Atau mungkin dia juga punya rasa
itu?
Sepertinya iya, matanya berkata
demikian..
Atau jangan-jangan ini hanya halu
tinggiku..
Apa ini hanya presangka ku saja yang
berlebihan..
Dia mungkin saja juga seperti it uke
semua orang bukan?
Ini memalukan rasanya jika dia
sebenarnya hanya “biasa saja”
Mungkin saja iya, mungkin saja tidak
Yasudah kuabaikan saja rasa ingin
tahuku
Kuteruskan pandanginya sedang menari
Astaga.. lihatlah. Dia lincah
sekali..